Thursday, July 12, 2007

Dialog Investasi Mr.Carter dengan Mr. Deng

Daya binasa senjata nuklir yang extraordinary merupakan ancaman terbesar terhadap hak hidup semua makhluk. Amerika Serikat adalah penguasa senjata nuklir terbesar hingga kini. Berarti ancaman terbesar terhadap kemanusian justeru adalah United Stated of America sendiri.

Ada anekdot imajener yang konon merupakan adaptasi dialog antara Mr.Carter dengan Mr. Deng ketika Amerika menyatakan minat invetasinya di China. Deng menyambut baik keinginan investasi Amerika tersebut. Namun katanya, “ tidak ada yang bisa dibeli oleh rakyat kami dari anda sebab tidak ada yang bisa mereka jual ke Amerika kecuali ..maaf…tinja”. Jadi kalau anda ingin rakyat kami membeli Mc Donald, apakah anda bersedia membeli tinja mereka? Itulah canda diplomatic paling dramatis dalam sejarah dunia.
Selanjutnya Deng berbicara tentang produk China, item demi item disebutkan dan semuanya tidak ada yang mampu bersaing untuk bisa masuk ke pasar Amerika. Mana mungkin katanya, investasi di China akan menarik investor Amerika jika daya beli rakyat kami rendah. Investasi akan sangat menarik jika penduduk kami yang sangat besar ini dapat ditingkatkan daya belinya dan memungkinkan anda dapat bayaran dengan baik.
Selang berapa minggu kemudian mulailah pasar Amerika terbuka bagi garmen kualitas rendah dari China. Pedagang Amerika memang tidak mengimpor secara langsung melainkan mereka mengimpornya melalui Hongkong ketika masih koloni Inggeris. Kuota impor China ke pasar Amerika sangat besar dan tidak terpenuhi. Sehingga pengusaha Hongkong membeli garmen Bandung yang kemudian mengganti lebelnya dengan Made in PRC. Furniture rotan masuk pula ke pasar Amerika dan China membeli bahan bakunya dari warga kota Sampit - Kalimantan Tengah, mereka mengimpornya melalui Hongkong pula.
Singkat kata, pendapatan rakyat china meningkat dan investasi Amerika mulai masuk yang kemudian mempengaruhi kemampuan China mengembangkan teknologinya. Semengat détente dan kemauan politik Carter menegakan human right, mempunyai latar belakang pertimbangan realitas empiris bahwa terobosan militer China telah menguasai teknologi rudal dengan hulu ledak nuklir. Meskipun rakyatnya pada saat itu sangat miskin.
Daya binasa senjata nuklir yang extraordinary merupakan ancaman terbesar terhadap hak hidup semua makhluk dan Amerika Serikat adalah penguasa senjata nuklir terbesar hingga kini. Berarti ancaman terbesar terhadap kemanusian justeru adalah United Stated of America sendiri. Dan manakala rudal interbalistik China sudah mampu mencapai Alaska maka tidak ada pilihan lain bagi Amerika kecuali menjalankan politik détente dengan China.
Dari penggalan ceritera tadi dapat ditarik pemikiran bahwa kamampuan daya beli akan lebih baik bila produktifitas meningkat. Investor akan antre untuk masuk ke Indonesia manakala pasar kita dinamis. Mereka akan ikut aturan main yang bagaimanapun karena pasar kita menguntungkan. Sebaliknya mereka tidak akan tertarik untuk berdagang disini melalui invetasinya apabila kita miskin.
Jadi mulailah bekerja menciptakan produk kentang gunung Dieng dengan rasa yang paling enak didunia. Bikin konsumen dunia ketagihan untuk makan kentang Indonesia. Berhentilah main hujat hujatan, demo demoan, marah marahan. Mulailah bersaing dengan rakyat Vietnam dalam produksi beras. Kalau memang tidak mampu bersaing dengan komoditas beras tanamlah komoditi unggulan yang kita memang unggul dari bangsa lain didunia. Nggak usaha pakai proteksionisme.
Karena seperti larangan impor gula untuk melindungi petani tebu di Jawa tetapi menjadi beban bagi orang Dayak di Kalimantan atau saudara kita di Papua. Jadi nasionalisme macam mana pula itu mbak?