Thursday, November 26, 2009

Uups...Ada Buaya...


Ini adalah catatan kecil ketika menelusuri kanak kanal kecil di lahan rawa Provinsi Kalimantan Selatan. Jadi bukan rumor bukan pula gossip cicak versus buaya yang hingar bingar rebutan kekuasaan di Jakarta. Perjalanan ini sebenarnya adalah perjalanan kerja tetapi menjadi seperti petualangan. Bisa dibayangkan bagaimana menerabas hutan rawa permanen ( monoton ) seluas 11.800 hektar di Kabupaten Tapin yang akan disulap menjadi perkebunan kelapa sawit. Mirip petualangan karena perjalanan menggunakan perahu “klotok” menelusuri daerah rawa yang katanya banyak buayanya.

Suara dari knalpot mesin perahu itu berbunyi sangat nyaring bikin pekak telinga… klotoklotoklotoklotoklotoklotok.……

Perahu ini mampu membawa penumpang sekitar 12 orang dan selalu oleng kanan kiri jika ada penumpang yang geser duduknya. Apalagi bagi yang belum pernah naik klotok, baru liat perahunya saja sudah stress duluan.


Pak …aman gak naik ginian.

Oh yaa…aaaman bu, …ini abang tukang perahu sudah pengalaman bu. Aman kan bang?…..

Si Abang yang namanya Jungkir, cuma mesem mesem sambil ngangguk. Dia warga setempat yang sudah jadi karyawan sejak survey awal pemilihan lokasi proyek ini.

Belum naik juga ke perahu, presdir saya yang cantik itu nyanya lagi…

Disini katanya banyak buayanya ya pak.

Uups saya kaget juga mendengar pertanyaan beliau. Sebenarnya isu mengenai buaya memang sering saya dengar tetapi selama hampir delapan bulan survey disini tidak pernah saya melihat buaya. Apalagi melihat buaya lagi nongkrong kekenyangan makan cicak..he he.

Kenapa bu…banyak buaya? …nggak lah bu….gak ada buaya disini….

Ringkas ceritera, ibu presdir akhirnya jadi juga naik klotok. Petualangan yang memakan waktu sekitar dua jam dimulai dengan tujuan base camp di lokasi tanam kelapa sawit. Rombongan memang terbagi dua, perahu yang satunya ditumpangi pengawal yaitu pak satpam dan pak polisi.

Tetapi selang satu jam perjalanan perahu terpisah. Agaknya perahu yang mengawal kami di belakang kandas dan mesin mogok, Karena suara klotok hingar bingar dan semua penumpang menghadap kedepan maka hilanglah mereka dari penglihatan. Lagi pula klotok kami sudah masuk kekanal lain ke arah barat. Rombongan kami menjadi tegang karena kehilangan pengawal. Tapi saya tetap bersikap tenang agar semua merasa tenang dan aman aman saja.

Tiba tiba “driver” klotok mematikan mesinnya dan perahu berhenti. Dia seperti melebarkan kupingnya untuk mencoba mencari tahu dimana klotok satpam yang satunya tadi berada. Tetapi hutan rawa terasa senyap tak terdengar suara klotok.

Setelah itu bang Jungkir mendekat ke kuping saya ……

Tolong bapak tenang saja dan diam jangan kemana mana....ada buaya…bisiknya.
Uups ada buaya…saya terkesiap…,,untung teman teman rombongan tidak mendengarnya.

Lalu bang Jungkir beranjak dari perahu , turun melorot pelan ke air, kepinggir kanal dan kemudian merayap seperti buaya menyibak semak semak tumbuhan di rawa itu. Gerakannya persis seperti buaya. Merayap terus masuk dan truuus masuk dan akhirnya bang Jungkir terlindung dari pandangan saya. Hilang dibalik semak semak.

Meski gelisah dalam hati saya terkagum kagum,,,bang Jungkir bukannya takut, bahkan sepertinya mengejar mau nangkep sang buaya. Tapi saya tetap diam dan tenang tenang saja. Meskipun kemudian ibu presdir nanya..

Ada apa pak…kenapa driver kita ini kok masuk ke hutan?

Nggak ada apa apa bu, barangkali dia cuman mau mengambil tumbuhan obat yang banyak tumbuh disini biasanya sih begitu..… saya berbohong

Sudah hampir sepuluh menit kok dia gak balik balik dan tidak ada suara apapun. Sekarang ketegangan perasaan saya bertambah…dari pada gak berbuat apa apa, kalau kenapa kenapa bagaimana. Lalu saya beranikan diri menyusul bang Jungkir. Pisau “Rambo” yang bergerigi saya bawa untuk berjaga jaga. Trus saya meluncur ke air, merayap pelan pelan meniru gerakan bang Jungkir.

Setelah masuk ke semak semak sekitar dua puluh meter, saya mulai mencium bau aneh…yaa baunya aneh…yaa tapi sepertinya kok kayak bau jengkol…lalu saya toleh kiri kanan dan merayap maju lagi………….

alamaaak………….ternyata bang Jungkir lagi nongkrong bertengger di cabang pohon tumbang…dia lagi asyik ngeden….
kebanyakan makan jengkol kaleee.

Buaya dengkulmu kiir. :)

2 comments:

baburinix! said...

mantap banar pa ai kisahnya....drivernya kabanyakan makan gumbili ...hehehhe
salam

Syam Jr said...

Salam dan terima kasih telah baelang ka tungkaran ulun