Friday, March 09, 2007

Garuda Indonesia Flight Number GA200

Garuda Indonesia flight number GA200 rute penerbangan Jakarta ke Jogyakarta yang mengalami musibah terbakar ketika landing di Bandara Adi Sucipto merupakan salah satu dari rangkaian kecelakaan transportasi di Indonesia akhir akhir ini. Innalillahi wa inna ilaihi rojiun. Kita menyampaikan belasungkawa ikut berduka cita kepada keseluruhan keluarga korban beberapa kecelekaan tersebut. Agaknya kita musti merenungkan kembali semua pola kehidupan kita dalam bermasyarakat.
Karena pada dekade 10 tahun terakhir ini, masyarakat kita lebih bertumpu kepada hal hal nyata keduniawian ketimbang hal "tidak nyata" metapisika. Ungkapan lebih sederhana munghkin boleh dikatakan bahwa mulai dari para pemimpinnya, masyarakat bangsa Indonesia pada dekade 10 tahun terakhir ini gampang marah marah, lebih suka hujat sana hujat sini, unjuk rasa. Pemikiran terpendam yang sebelumnya lebih dikontrol dengan kemampuan bersabar, sekarang ini mudah ambrol sehingga timbulah sikap suka marah marah tadi.
Publikasi besar atas peristiwa marah marahan itu menimbulkan reaksi berantai dimasyarakat. Sendainya ada yang mampu melakukan pengindraan dari galaksi, maka wilayah nusantara ini mungkin auranya berwarna merwah kehitaman. Sebagaimana kita sadari bersama bahwa kita manusia ini adalah bagian integral dari alam. Maksudnya ada norma sebab dan akibat yang selalu berproses membentuk harmoni.
Suatu ledakan pada galaktika akan berakibat radiasi kosmis yang mempengaruhi struktur genetika, hasilnya adalah antara lain intelegensi dan perilaku dasar manusia. Pengetahuan manusia atas reaksi alam timbal balik sangatlah terbatas. Katakanlah ketika kita meributkan lobang ozon yang menyebabkan mencairnya gunung es di kutub utara ternyata menghasilkan luasan yang lebih besar wilayah gunung es di kutub selatan. Alam pada dasarnya masih sangat misterius bagi manusia. Perubahan ini tentu berdampak terhadap kehidupan manusia, kita cenderung bingung, kehilangan kesabaran dan gampang marah marah.
Kembali kepada wilayah sempit yaitu tentang perilaku kita di Indonesia saat ini kiranya dapat direnungkan kembali. Sikap gampang marah marah, hujat sana hujat sini, tuding sana tuding sini dapat berakibat terhadap keseharian kita. Perubahan perilaku sosial antara lain pada tingkat disiplin dalam menjalankan sistem atau bisa juga sama sekali keluar dari sistem yang ada dan mencoba mengaplikasikan sistem baru. Kecenderungan melalukan "reformasi" karena menganut paham "sekarang bebas saja" akan sangat rentan terhadap sektor public utilities dan public service.
Lantas harus bagaimana? katakanlah kepada abang ojek misalnya. Kalau kita naik ojek atau beca, marilah kita bicara yang adem adem menenteramkan hati agar kondisi psikologis "driver" yang membawa kita bisa lebih terkontrol dan tidak terbawa emosinya oleh kondisi sosial di Indonesia yang auranya sedang "merah kehitaman".
Kepada para kiayi, ulama semua agama, Presiden, para menteri, gubernur, bupati , camat, lurah, kades, erte, kita kita semua warga, anggota de-pe-er semua tingkatan, pengacara, jaksa, hakim, polisi, tentara, KPK, BPK, semua semuanyalah marilah kita bikin suasana adem adem dan harmoni seperti dulu lagi.

No comments: