Tuesday, March 06, 2007

Reformasi Tidak Tuntas Mengapa?

Untuk menjawabnya perlu memahami terlebih dahulu apa maknanya. Menurut pemahaman saya reformasi adalah; upaya penataan kembali pola kehidupan dari keadaan yang dianggap tidak sesuai dengan cita cita ideal sebelumnya. Dalam skala mikro suatu rumah tangga seringkali terjadi upaya reformasi karena suatu pola kehidupan yang ditempuh tidak menemukan realitas hidup bahagia yang menjadi idealisme anggota keluarga. Upaya reformasi dalam rumah tangga, bentuknya yang paling ekstrem adalah perceraian. Reformasi Indonesia adalah gerakan politik untuk mengembalikan seluruh ideology politik rakyat kedalam tatanan kehidupan kenegaraan Indonesia.

Reformasi Indonesia 1998 dianggap sama dan dihubungkan dengan lengsernya Soeharto dari tampuk pimpinan nasional pada 21 Mei 1998, adalah gerakan untuk menata kembali pola kehidupan kenegaran Republik Indonesia .Menurut hemat saya reformasi Indonesia mulai 23 Mei 1997 ketika terjadi kerusuhan kampanye Pemilu 1997 di Banjarmasin, Kalimantan Selatan yang memakan ratusan korban jiwa. Suatu test case bagi kerusuhan Mei 1998.

Pola kehidupan kenegaraan yang berfalsafah Pancasila berbentuk Demokrasi Pancasila coba dirombak dengan pola kehidupan kenegaraan yang lain dengan jargon liberalisme, demokratisasi, transparansi, akuntabilitas dan lainya yang nampaknya ideal ditelinga rakyat. Liberalisme merupakan bentuk perlawanan terhadap TAP MPR Tahun 1983 tentang Azas Tunggal Pancasila. TAP II MPR 1983 tersebut diangap sebagai bentuk pengekangan terhadap kebebasan berserikat, berpendapat dan demokrasi. Azas Tunggal Pancasila mengakibatkan ideology lain menjadi subordinate dan terkooptasi.

Bentuk ideology lainnya secara murni tidak dapat masuk kedalam tatanan kehidupan kenegaraan karena harus difilter oleh prinsip azas tunggal Pancasila. Dengan demikian Demokrasi Pancasila tidak diterima sebagai bentuk demokrasi karena kehilangan semangat liberalismenya. Karena itulah dalam gerakan reformasi isue sentralnya adalah demokratisasi, akuntabilitas, transparansi dan sub isu lainnya. Demokrasi Pancasila yang dibawa Orde baru dianggap tidak mengakomodir seluruh ideology politik rakyat kedalam tatanan kehidupan kenegaraan.

Jadi reformasi Indonesia 1998 adalah gerakan politik untuk mengembalikan seluruh ideology politik rakyat kedalam tatanan kehidupan kenegaraan Indonesia. Ideologi Politik Rakyat. Ada berapa banyak ideologi politik rakyat Indonesia? Ideologi politik rakyat yang diorganisasikan dalam bentuk partai politik merupakan gambaran politik aliran menjadi cirri heteroginitas ideologi politik di Indonesia. Soekarno mencoba menghimpun heteroginitas, menyatukan politik aliran tersebut dengan gagasan Nasakom ( Nasionalis Agamis Komunis ). Nasakomisasi pada dasarnya adalah gerakan reformasi terhadap iklim liberal pasca pemilu 1955 ( Konstituante) yang tidak pernah berhasil merumuskan Undang Undang Dasar Republik Indonesia.

Sampai pada akhirnya Soekarno megeluarkan Dekrit Presiden pada 5 Juli 1959 yaitu kembali ke UUD 1945. Selanjutnya gagasan Nasakom dengan Demokrasi Terpimpin menjadi ciri otentik Orde Lama. Nasakom merupakan bentuk penyederhanaan dalam upaya mengakomodasi seluruh ideologi politik rakyat Indonesia kedalam tatanan kehidupan kenegaraan. Akan tetapi tiba tiba terjadi hal yang mengejutkan yaitu meledaknya Gerakan G 30 S PKI pada 30 September 1965.

Budaya Politik
Wibawa kepemimpinan Soekarno yang sebelumnya menjadi tulang puggung harmoni kehidupan politik di Indonesia menjadi runtuh., G 30 S PKI menciptakan disharmoni kehidupan berbangsa. TNI dibawah Jenderal AH.Nasution yang sebelumnya menciptakan kelompok induk organisasi (KINO) KOSGORO, MKGR, SOKSI untuk melawan PKI, kemudian berbentuk Sekber GOLKAR selanjutnya menjadi mesin politik Orde Baru dibawah kendali TNI. Mengapa TNI? Karena TNI lah yang menjadi korban G 30 S PKI.

Tatapi mengapa yang pegang kontrol Soeharto dan bukan Nasution yang Panglima TNI. Jawabannya adalah karena Seoharto orang Jawa, bisa dengan cepat mendapat dukungan mayoritas rakyat. Dukungan tersebut tidak akan terjadi pada Nasution meskipun dia seorang Panglima TNI pada saat itu. Justeru dari kearifan dia sebagai Ketua MPRS yang menampilkan Seoharto, sebagaima kearifan Ketua MPR Amien Rais menampilkan Gus Dur sebagai pemimpin bangsa. Inilah budaya politiknya; Soeharto mencoba meneruskan gagasan Soekarno tentang penyederhanaan ideologi politik rakyat yang multi varian. Jika formula Nasakom oleh Soekarno.
Soeharto mengelimasi Komunisme, menggantikannnya kedudukannya dengan GOLKAR dan mengokohkan Pancasila serta UUD 1945 sebagai landasan kehidupan berbangsa menuju dinamisasi gerakan pembangunan nasional. Akan tetapi hal ini berarti ideologi komunis yang diklaim PKI didukung oleh 4,5 juta penganutnya pada tahun 1964 tidak dapat eksis dalam kehidupan kenegaraan di republik ini selama 32 tahun kekuasaan Orde Baru bahkan hingga hari ini.

Kesempatan dalam kesempitan.
Gagasan Uni Eropa pada era 1980 masih memperhatikan dengan tajam issue Pasific Rim. Perkembangan pertumbuhan ekonomi pada wilayah ini akan mengancam eksistensi Eropa pada umummnya. Bahkan Helmut Smith, kemudian Helmut Kcholl, dua Kanselir Jerman ketika itu sama melihatnya sebagai ancaman kebangkrutan manakala Eropa tidak bersatu menghadapi penomena tersebut. Bangkitnya empat “Macan Asia” Taiwan, Singapore, Jepang dan China dalam percaturan perdagangan internasional.

Selanjutnya era 1990 an prospek kerjasama teknologi antara Jepang, China, India dan Indonesia, sangat mungkin diperhitungkan dalam penomena Pacific Rim. Pada satu sisi merupakan potensi pasar yang sangat besar sebagai pendukung pertumbuhan Ekonomi Eropa namun pada sisi lain Pacific Rim sekaligus adalah “gurita raksasa” yang siap menelan apa saja. Hal itu pula menjadi perhatian serius Yahudi Amerika yang rata rata adalah banker di Eropah. Mandegnya pertumbuhan ekonomi eropah akan berakibat terganggunya dana teror Israel melawan Palestina atau dunia Arab umumnya.

Indonesia dibawah Soeharto dengan rakyat yang berjumlah 200 juta jiwa, pertumbuhan ekonominya melaju pesat dengan rata rata diatas 6,8% bahkan pada saat lengsernya pertumbuhan ekonomi Indonesia mencatat angka 8,6%. Bukan angka ini yang menjadi perhatian dunia, tetapi Soeharto dengan triloginya; Stabilitas – Pertumbuhan dan Pemerataan mejadi inspirator bagi para pemimpin Asia menghadapi dominasi ekonomi Eropa maupun Amerika.

Bagi Yahudi Amerika tidak ada jalan lain, lemparkan bola salju menggoncang stabilitas kawasan Pacific Rim. Mahather Mohammad, pemimpin Asia yang paling lantang menyatakan Geoge Soros, si Yahudi ini sebagai dalangnya. Titik terlemah dari rangkaian mata rantai ini mengalami kehancuran yang parah dan berkelanjutan itulah Indonesia.

Imbas goncangan global membangkitkan semangat politik mereka yang sebelumnya tidak bisa eksis dalam kehidupan tatanan kenegaraan di Indonesia. Dengan kata lain reformasi tidak sepenuhnya gagasan orisinil untuk melakukan perubahan pola kehidupan kenegaraan. Reformasi Indonesia 1998 hanya mengambil kesempatan dalam kesempitan pada saat guncangan terjadi akibat pengaruh global, dimana sendi sendi kehidupan menjadi rapuh. Reformasi nyaris tanpa konsep berlian yang tumbuh dari suatu konsensus nasional.

Gerakan reformasi tidak mengemukakan argumentasi kuat untuk mengalahkan argumentasi Pembangunan berkelanjutan membentuk manusia Indonesia seutuhnya berdasarkan Pancasila. Gagasan orisinil Soekarno tentang nation and charater building yang diteruskan Soeharto tanpa mengikut sertakan ideologi komunis dalam gegap gempita pembangunan Indonesia.
Bagi Soekarno, komunis adalah ideology politik rakyat Indonesia yang nyata. Bagi Soeharto Komunis adalah penghianat Pancasila.

Lalu bagi kaum reformis bagaimana?. Komunisme dalam wilayah abu abu, antara ada dan tiada dan tidak boleh eksis dalam tatanan kenegaran Republik Indonesia. Padahal gagasan dasar reformasi Indonesia 1998 adalah mengembalikan seluruh ideologi politik rakyat Indonesia kedalam tatanan kehidupan kenegaraan yang berarti masuknya kembali komunisme. Itulah sebabnya mengapa reformasi tidak akan tuntas karena sebenarnya rakyat Indonesia memang tidak menginginkannya.***

No comments: